Rabu, 25 Maret 2015

Sisi buruk dari teknologi yang harus dihindari

 "Lunch with my babe in a fancy restaurant <3 #hashtag #hashtag #hashtag #hashtag #hashtag #okayenough"

Familiar dengan jenis posting seperti itu? Yep, kemunculan sosial media bernama Instagram yang fenomenal ini mampu menarik perhatian jutaan pengguna internet. Kenapa Instagram begitu menarik perhatian? Ada beberapa alasan dibalik itu semua termasuk salah satu yang masih fresh, yaitu isu kejatuhan Facebook yang telah membuat jutaan user merasa bosan sehingga harus menutup akun. Mungkin kebosanan itu disebabkan oleh serangan request Farmville yang berdatangan bagai hujan meteor.

Faktanya, lebih dari seperempat pengguna internet membenci Instagram secara terang-terangan. Para haters ini didominasi oleh para photographer professional, yang mendeskripsikan Instagram sebagai 'sarana bagi pemalas yang tidak mampu menguasai Photoshop', atau 'photographer dadakan'.  Benarkah begitu? Mungkin saja alasan mereka masuk akal karena foto dalam Instagram yang saat ini telah mencapai ratusan juta buah sebagian besar berisi foto ‘selfie’ yang sebenarnya tidak begitu penting. Akhirnya para photographer ini merasa tersingkir dengan adanya Instagram karena mereka para user bisa memakai efek-efek hebat tanpa mengutak-atik Photoshop. Beberapa photographer yang pada dasarnya memang mencintai efek retro dengan kamera tua merasa rendah diri, karena terus-menerus dicap sebagai hipster.



Secara mendadak, segala hal menjadi artistik. Lampu taman, makanan Anda, kucing peliharaan Anda atau wajah Anda sendiri. Lakukanlah pose duckface kemudian ambil foto Anda sendiri, tambahkan filter agar lebih terlihat vintage, dan tadaa! Anda seorang photographer. Jika sempat, Anda bisa menambahkan foto ini kedalam album koleksi ‘Me, Myself & I’. Then congratulations, your sense of swaggery is getting strong with this one.

Sejak kemunculan smartphone dan gadget murah, semua orang mendadak sibuk mencari tahu tentang apapun yang terjadi di dunia. Semua orang menerima berita lebih cepat dari biasanya, atau mampu memberi berita lebih cepat dari biasanya. Namun semakin banyak seseorang memiliki gadget dan semakin sering memakainya, hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang sesungguhnya seolah hilang. It’s cool, ketika Anda bisa berinteraksi dengan random people yang berada entah dimana (back then, we call this ‘sahabat pena’) dan memiliki banyak kesamaan dengan Anda; selera musik yang seragam atau sama-sama menyukai film dengan genre horror. Hal seperti itu sangat menarik, jika Anda tidak mengacuhkan orang di depan Anda. Contoh ringan dengan setting restoran:

X: "Eh lo mau makan apa nih?"

Y: "…… (lagi ngetik)"

X: "Woy! Makan nggak lo? Gue udah laper nih."

Y: "Hah? Oh, sorry. Iya gue mesen ini deh."

Sounds familiar? Hal ini terjadi setiap hari dan sudah menjadi sesuatu yang biasa. Bahkan tanpa disadari, Anda mungkin salah satu di antaranya. Dulu ketika handphone pertama kali diperkenalkan dan mulai digunakan banyak orang, etika tentang cara berbicara dan aturan memakai handphone sangat dijaga. Nilai ini hampir hilang, ketika Anda mulai kehilangan hak untuk berbicara layaknya manusia normal pada seseorang yang mengacuhkan Anda ketika sedang bersama. Sedikit aneh, karena rasa cuek dan tidak peduli menjadi trend di era yang canggih ini.

Belum lagi tradisi memamerkan makanan yang biasanya ramai saat jam makan siang. Saya tidak bermaksud menyeret urusan agama dalam hal ini, namun kelihatannya banyak orang sudah lupa bahwa berdoa adalah hal terbaik yang seharusnya dilakukan sebelum makan. Di saat yang sama, jutaan orang sedang sibuk dengan makanan mereka sendiri. Would anyone care about yours? Saya tidak perlu berkomentar banyak tentang hal ini, karena seorang kartunis terkenal bernama Muhammad Misrad a.k.a Mice berhasil mengeksekusinya dengan cukup tepat:

Memang tidak semua kemajuan teknologi berpengaruh buruk pada kehidupan manusia, layaknya foto-foto yang di-upload ke Instagram. Saya mengerti dengan semakin mudahnya urusan bisnis atau hasrat untuk mengikuti perkembangan zaman agar tidak ketinggalan. Namun, apa salahnya memanfaatkan sesuatu dengan sebaik-baiknya. Gunakan gadget dengan bijak, tidak harus mengikuti semua yang ada. Unless, you know, you're a billionaire or something. Mengutip quote dari seorang stand up comedian:
"Trend itu adalah paparan fenomena. Kalau ada yang cocok, silahkan lo ambil. Jangan semuanya lo ikutin."
-Pandji Pragiwaksono

Besides, you’re a man! You have to run in an adventure, punch something in the face, kicking some ass, atau apapun selain menatap layar komputer atau smartphone setiap detik. Get your ass up and don’t lost touch with all the simple things in life, comrade!

sumber:talkmen.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar